Simple Template For Entertainment News

Headline

hOt MUSIC

Jumat, 29 Januari 2010

Vokal Group



PEMBINAAN VOKAL GROUP DI SMP

Vokal adalah Suara manusia dan Group adalah kumpulan/perkumpulan.Secara arti kata Vokal Group berarti kumpulan orang bernyanyi bersama.Perbedan vokal group, volk song dan paduan suara adalah :
a. Jumlah anggota paduan suara lebih banyak dari vokal group.
(biasanya anggota vokal group 5-10 orang)

b. Paduan suara dipimpin oleh seorang dirigen sedangkan vokal group tidak ada dirigen
c. Dari segi aransemen lagu,vokal group aransemennya lebih bebas
d. Dari segi alat musik pengiring vokal group tidak hanya memakai alat musik akustik saja tetapi juga boleh menggunakan alat musik elektrik.Kalau paduan suara biasanya menggunakan iringan piano.
Tetapi pada perkembangan sekarang ini iringan untuk paduan suara sudah lebih bebas. Kalau volk song adalah hampir sama vokal group tetapi lagu yang disajikan adalah lagu-lagu daerah dan musik pengiringnya banyak menggunakan alat-alat musik daerah/tradisional.Banyak orang salah persepsi pada saat mengaransemen/menampilkan vokal group dengan hanya mengutamakan banyaknya alat musik pengiring sedangkan aransemen vokalnya tidak terlalu digarap.Dengan melihat arti vokal group saja sudah jelas bahwa penekanan utama vokal group adalah pada garapan vokalnya.Memang idealnya vokal group baik dari segi aransemen vokal dan istrumen alat musik pengiringnya harus saling mendukung.Apa lagi kalau bisa menampilkan sebagian besar vokalisnya juga bisa memainkan alat musik.Tentu untuk mewujudkan ini dibutuhkan latihan yang teratur dan skil yang baik dari peserta vokal groupnya.

Dibawah ini beberapa kendala pembinaan vokal group di Sekolah Menengah Pertama (SMP) :
A.Dari segi Lembaga
- Tidak adanya kompetensi/lomba vokal group yang rutin dari Dinas Pendidikan
- Kurangnya dukungan dari pihak sekolah terutama dari segi biaya
- Tidak dimasukanya vokal group pada kegiatan ekstra kurikuler di sekolah
B.Dari segi guru/pelatih
- Tidak semua sekolah mempunyai guru/pelatih musik untuk menggarap vokal group
C.Dari segi siswa
- Minat siswa untuk vokal group kurang
- Kemampuan siswa(skil) baik untuk vokal maupun penguasaan bermain alat musik kurang

Pemecahan dari kendala diatas adalah :
A.Dari segi lembaga
- Sering diadakan lomba vokal group secara rutin
- Sekolah harus mendukung baik dari segi biaya maupun kebijakan
- Memasukan vokal group dalan kegiatan ekstra kurikuler
B.Dari segi guru/pelatih
- Diadakan pelatihan vokal group untuk guru seni musik
- Sekolah mendatangkan pelatih dari luar sekolah untuk menangani vokal group
C.Dari segi siswa
- Membangkitkan minat siwa pada vokal group dengan mengadakan pembinaan rutin
- Memberikan penghargaan khusus pada siswa-siswi yang punya prestasi di bidang vokal group

Dengan melihat permasalahan diatas penulis mengajak kepada para pembaca semua marilah mulai sekarang membudayakan vokal group disetiap lembaga sekolah masing-masing.Karena kemajuan sekolah tidak hanya diukur dari keberhasilan di bidang akademis yang tolok ukurnya pada prestasi nilai akademis,tetapi juga bisa dilihat dari prestasi di bidang seni.Apalagi vokal group sekarang sudah menjadi agenda resmi tahunan FLS2N( Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional untuk SMP ) mulai dari tingkat kabupaten sampai Nasional.Tentu saja hal ini akan bisa terwujud kalau ada dukungan dari semua unsur baik mulai dari diri kita sendiri,sekolah dan Dinas Pendidikan.
Semoga bermanfaat…….
(Ali M,SMP N 1 Tulungagung )
READ MORE >>

Kamis, 28 Januari 2010

Ansambel

ANSAMBEL

Pada zaman dahulu, orang menciptakan musik semata-mata untuk kepentingan upacara ritual, yaitu sebagai pengantar doa kepada dewa atau sesuatu yang mereka percayai. Musik yang mereka ciptakan, belum menggunakan alat-alat musik sebagaimana kita ketahui saat ini.
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, alat musik mengalami perubahan. Sebelumnya, orang yang hanya memanfaatkan tubuh sebagai alat musik dan hanya bersifat ritmis.
Musik merupakan napas bagi kehidupan semua orang. Musik mampu menyatukan berbagai perbedaan yang ada di antara manusia. Bahkan, musik mampu menjadi media komunikasi di antara semua lapisan masyarakat tanpa memperdulikan perbedaan harkat dan martabat.
Perkembangan yang terjadi pada musik saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan tatanan kehidupan manusia. Musik saat ini tidak lagi dijadikan sarana peribadatan, tetapi sudah menjadi sarana hiburan dan pendidikan. Musik saat ini telah menjadi sesuatu yang universal dan dapat dinikmati semua orang.

A. MEDIA KOMUNIKASI MELALUI MUSIK
1. Musik sebagai sarana peribadatan
Di beberapa daerah di Indonesia, musik sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat suatu daerah sangat menjungjung tinggi, memelihara, dan menghormati nilai-nilai yang terkandung di dalam musik. Dengan demikian, musik suatu daerah dapat lestari hingga saat ini.
Masyarakat Sunda, khususnya dalam tradisi bercocok tanam padi, melakukan ritus-ritus untuk memuliakan dan menghormati Dewi Padi atau Dewi Sri. Angklung merupakan salah satu alat bunyi-bunyian yang kadang-kadang disertai dengan nyanyian merupakan salah satu sarana untuk menghormati Nyi Pohaci Sangyang Sri.
Angklung sebagai ritus dari penanaman padi masih digunakan oleh orang sunda yang berdiam di pedal aman, seperti di ciptarasa (tergabung dalam kesatuan Banten Kidul), Kabupaten Sukabumi, Cipining (bogor), cijulang (Ciamis), Sanding (garut), dan Arjasari (Bandung).

2. Musik sebagai sarana pendidikan
Awalnya, musik hidup dan berkembang di lingkungan nonformal. Masyarakat luas yang memiliki kepedulian dan kepentingan tertentu berusaha melestarikan musik. Untuk lebih melestarikannya masyarakat menjadikan musik sebagai bagian dari bidang pendidikan. Dengan begitu para generasi penerus memiliki wawasan budaya dan sikap kreatif untuk menghargai karya-karya musik, baik dari para seniman lama atau baru.
Alat-alat musik yang kerap diajarkan cara memainkannya disekolah-sekolah formal, antara lain recorder, suling, calung, pianika, keyboard, kecapi, gendang, gitar, angklung, serta gandelan.

3. Musik sebagai sarana hiburan
Musik sebagai sarana hiburan biasanya kita temukan pada perayaan pesta pernikahan, khitanan, pesta rakyat, dan sebagainya. Musik tersebut sipatnya menghibur para penonton. Karena itu kadang-kadang kualitas musiknya kurang baik. Misalnya kualitas tidak penting, yang penting musik dapat mengikuti selera penonton. Dan akhirnya, penonton puas melihat pagelaran musik. Sebagai contoh kesenian angklung, menjadi salah satu hiburan masyarakat yang digelar disanggar seni “Saung Angklung Udjo” yang dahulu dipimpin oleh Bapak Udjo Ngalagena.

B. BENTUK SAJIAN
Dalam suatu pagelaran musik, penonoton akan melihat penyajian alat musik.
1. Permainan tunggal atau konser tunggal ialah bentuk permainan musik yang disajikan seorang pemain dengan satu/beberapa alat musik.
2. Permainan bersama atau ansambel ialah bentuk permanian musik yang disajikan beberapa orang atau sekelompok orang dengan sejumlah alat musik, baik alat musik sejenis maupun alat musik berbeda.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kedua bentuk penyajian musik ialah:
1. Jumlah pemain musik (musisi)
2. Jumlah alat musik
3. Luas gedung (tempat pertunjukan)
4. Konteks pagelaran

C. JENIS SUMBER BUNYI ALAT MUSIK
Ada beberapa cara seseorang dapat memainkan alat musik agar alat musik mengeluarkan suara yang bagus. Cara memainkan alat musik, antara lain dengan ditiup, digesek, dipetik, dan dipukul.
1. Alat musik tiup, misalnya recorder, terompet, dan harmonica.
2. Alat musik gesek, misalnya biola, selo, dan rebab.
3. Alat musik petik, misalnya gitar, mandolin, dan kecapi.
4. Alat musik pukul, misalnya untuk alat musik pukul bernada yaitu gamelan, calung, dan kolintang. Sedangkan untuk alat musik pukul tidak bernada seperti tamborin, rebana, dan gendang.

D. FUNGSI ALAT MUSIK
Alat musik juga dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu:
1. Alat Musik Melodis
Alat musik melodis adalah alat musik bernada yang dapat difungsikan sebagai pembawa alur melodi atau rangkaian melodi. Contoh alat musik ini adalah flute, harmonica, dan seksofon.
2. Alat Musik Ritmis
Alat musik ritmis adalah alat musik yang tidak memiliki nada, alat ini difungsikan sebagai pembawa irama sehingga karya musik yang dimainkan dapat stabil. Contoh alat musik ini adalah gendang, tamborin, dan triangle.
3. Alat Musik Harmonis
Alat musik harmonis adalah alat musik yang dapat menghasilkan paduan akor secara harmoni. Contoh alat musik ini adalah gitar, piano, dan akor deon. Alat musik ini difungsikan untuk mengiringi lagu.

E. MEMAINKAN ALAT MUSIK
Memainkan alat musik hendaknya dilaksanakan sebaik mungkin. Pelatihan yang baik bukan berarti jumlah pelatihannya sering, melainkan pelatihan yang teratur dan berkualitas. Kualitas permainan ialah apabila kita melakukan kesalahan, kita menganalisis masalah tersebut dan langsung memperbaikinya. Selanjutnya, kita mengulangi terus pelatihan kita sampai benar-benar tidak ada kesalahan.

F. BERLATIH MUSIK DENGAN ALAT MUSIK RITMIS
Alat musik ritmis ialah alat musik yang dapat memberikan atau mengeluarkan irama tertentu ketika dimainkan bersama-sama. Untuk memainkan alat musik ini, kita memerlukan notasi ritmis.
Notasi ritmis adalah notasi yang digunakan dalam pagelaran musik ansambel. Notasi ritmis dapat berupa notasi blok, notasi gambaran, atau berupa tanda-tanda tertentu. Pemakainan notasi bergantung pada komposer dalam menuliskan notasi sehingga notasi dapat mempermudah para musisi dalam memainkan suatu karya musik.
(mgmp)
READ MORE >>

Selasa, 26 Januari 2010

SEKILAS TENTANG PTK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Sebuah Perkenalan
Apakah PTK Itu?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Pendek kata, PTK adalah ragam penelitian yang dimaksudkan untuk mengubah bebagai keadaan, kenyataan, dan harapan mengenai pembelajaran menjadi lebih baik dan bermutu dengan cara melakukan sejumlah tindakan yang dipandang tepat.

Apa Saja Bentuk PTK?
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kolaboratif, yang dapat disebut PTK Individual dan PTK Kolaboratif. Dalam PTK Individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK Kolaboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan di antara anggota melakukan kunjungan antar-kelas.

Apakah Karakteristik PTK Itu?
PTK memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut.
• Bersifat siklis, artinya PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur baku penelitian.
• Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2/3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
• Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnya pun tidak untuk digeneraliasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan di tempat lain yang konteksnya mirip.
• Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.
• Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan hal yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
• Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
• Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; tidak menggarap masalah-masalah besar.
• Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.
• Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistic yang sederhana, bukan yang rumit.
• Bermaksud mengubah kenyataan, keadaan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Apakah Tujuan (yang Hendak Dicapai) PTK?
Tujuan pokok PTK sebagai berikut.
• Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
• Memperbaiki dan meningkatkan kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
• Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
• Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
• Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
• Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
• Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Apakah Manfaat PTK?
Bagi guru, siswa, dan proses pembelajaran, manfaat PTK sebagai berikut.
• Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu, hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
• Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karier guru.
• Mampu mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan (mengatasi) masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
• Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat kekontekstualan dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
• Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
• Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa-siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

Bagaimana Pembiayaan Pelaksanaan PTK?
• Besar biaya atau dana yang diperlukan untuk melaksanakan satu PTK sangat relatif, mulai hanya ratusan ribu sampai jutaan rupiah. PTK yang dilakukan atas inisiatif guru sendiri bisa murah, tapi PTK yang dilaksanakan oleh gugus guru bisa menyerap dana beberapa juta. Tapi, pada dasarnya PTK merupakan ragam penelitian yang tidak memerlukan biaya besar dibandingkan penelitian Non-PTK.
• Sumber biaya atau dana pelaksanaan PTK dapat berasal dari (a) guru sendiri (swadana), (b) sekolah, dan (c) luar guru dan sekolah terutama sponsor. Sebagai profesional, sungguh baik bila guru bisa melakukan PTK dengan swadana. Dalam rangka pembinaan profesionalitas guru, sekolah perlu memasukkan anggaran PTK bagi guru dalam RAPBS. Di samping itu, pemerintah melalui Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat menjadi sponsor PTK dengan menganggarkannya dalam APBD/APBN.
• Dana PTK yang berasal dari RAPBS dan pemerintah dapat disalurkan kepada para guru dengan hibah kompetisi dan penunjukan. Penyaluran dengan cara penunjukan bisa dilakukan bila maksud pelaksanaan PTK untuk pembinaan guru, sedang penyaluran dengan cara hibah kompetisi cocok untuk peningkatan mutu guru.

Kapankah PTK Dilaksanakan oleh Guru?
Tidak ada waktu khusus pelaksanaan PTK. Karena selalu inklusif dengan pembelajaran, pelaksanaan PTK dapat dilakukan sepanjang tahun pelajaran atau sepanjang berlangsung pembelajaran. Bila guru melakukan PTK untuk mengatasi masalah pembelajaran, mencobakan inovasi pembelajaran, dan atau mengumpulkan credit point untuk kariernya, hendaknya PTK dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan, sepanjang tahun pelajaran. Bila guru melakukan PTK dengan mengandalkan dana hibah atau dana dari luar, memang PTK perlu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pemberi hibah atau dana dari luar. Bila dananya dari sekolah (RAPBS), sebaiknya PTK dilaksanakan pada awal tahun pelajaran atau semester. Bila dananya dari pemerintah, sebaiknya PTK dilaksanakan dengan prinsip tidak memotong atau menganggu pembelajaran yang sedang berlangsung. Jadi, pelaksanaan PTK dapat disesuaikan dengan karakteristik pemberi dana.

Bagaimanakah Cara Melaksanakan PTK?
PTK dapat dilaksanakan secara individual dan berkelompok. Pelaksanaan secara individual termasuk PTK Individual, sedang pelaksanaan secara berkelompok termasuk PTK Kolaboratif. Untuk pelaksanaan secara berkelompok perlu dibentuk gugus-gugus pelaksana PTK.

Bagaimanakah Prosedur Melaksanakan PTK?
Secara keseluruhan, prosedur melaksanakan PTK sebagai berikut.
1. Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok:
• Mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara.
• Menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu.
• Memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya.
• Menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan.
• Memilih dan menyusun perpspektif, konsep, dan pandangan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK.
• Menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
• Menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK.
• Menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.
2. Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan-pengamatan dan refleksi-refleksi. Baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beriringan, bahkan bersama. Semua hal yang berkaitan dengan ketiga hal di atas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.
3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan lebih lanjut sebagai hasil-hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulannya dan dirumuskan saran.
4. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoretis. Inilah laporan PTK.

Bagaimanakah Cara Mengimbaskan PTK?
PTK terbukti prospektif dan andal sebagai salah satu instrument peningkatan mutu pendidikan atau pembelajaran sehingga perlu diimbaskan atau ditularkan kepada berbagai pihak terutama guru dan tenaga pendidikan. Pengimbasannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
• Melibatkan atau mengikutsertakan guru-guru atau tenaga-tenaga kependidikan yang belum berkesempatan melakukan PTK ke dalam kegiatan PTK yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan tertentu.
• Mencangkokkan atau mengikutsertakan guru atau tenaga kependidikan sebagai anggota peneliti dalam gugus-gugus guru yang sedang melaksanakan PTK.
• Menyebarluaskan hasil-hasil PTK kepada para guru dan tenaga kependidikan yang belum pernah melaksanakan PTK. Caranya bisa melalui berbagai pertemuan dan media tertentu, misalnya jurnal/majalah pendidikan.
• Memperluas atau memberikan kesempatan bagi guru dan tenaga kependidikan untuk melaksanakan PTK dengan berbagai sumber pembiayaan.
READ MORE >>

PTK

BAB I
PENDAHULUAN
(Oleh.Prof.Dr.Djoko Saryono)
1. Latar Belakang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR) telah dilaksanakan oleh para guru SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) di berbagai provinsi di Indonesia sejak tahun 1998/1999. Oleh karena itu, PTK sudah mulai dikenal oleh para guru semenjak tahun 1999. Setelah itu, guru jenjang SD dan SMA juga mengenal dan melaksanakan PTK. Sekarang PTK malah diwajibkan oleh pemerintah kepada guru.
PTK dilakukan oleh suatu kelompok atau gugus yang beranggotakan beberapa guru, satu guru inti atau senior, pembimbing atau instruktur, dan kepala sekolah sebagai ketua tim. Jumlah anggota gugus antara 3 s.d. 13 orang. Jumlah anggota gugus dapat lebih kecil, agar setiap anggota mempunyai peran dan tanggung jawab yang lebih besar dalam pelaksanaan PTK. Gugus ini mirip dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sehingga PTK sering dianggap sebagai revitalisasi kegiatan MGMP karena masalah yang dibahas jauh lebih terfokus dan mengarah pada pengembangan kompetensi profesional guru.Karena PTK disiapkan dan dilakukan oleh satu kelompok, penelitian ini disebut juga PTK Kolaborasi (PTKK). Masalah yang dihadapi dikelompokkan sesuai sifat dan intensitasnya, kemudian didiskusikan secara bersama-sama untuk mencari pemecahannya melalui pertemuan mingguan. Oleh karena itu, semangat yang mendasari PTK adalah membiasakan guru untuk menemukan dan memecahkan masalah sehari-hari yang mereka hadapi di kelas melalui kolaborasi atau kerjasama dengan guru-guru lainnya. Selain itu, juga membiasakan guru untuk melaksanakan pembelajaran berwawasan penelitian (learning through research).
PTK telah menjadi bagian yang penting dari pekerjaan professional guru karena mereka terbiasa menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Sebelumnya mereka dianggap orang yang mempunyai masalah, tetapi tidak merasa bahwa dirinya mempunyai masalah. Dengan adanya PTK guru dapat menerapkan hasil temuan guru lain yang latar (setting) atau konteks penelitiannya mirip dengan (setting) kelasnya.
2. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh guru di dalam kelas. Dikatakan demikian sebab PTK mulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang ditujukan untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal-hal baru demi peningkatan kualitas pembelajaran. Ada beberapa jenis penelitian tindakan kelas, dua di antaranya adalah PTK individual yang dilakukan oleh seorang guru, dan penelitian tindakan kelas kolaborasi yang dilakukan oleh dua atau lebih guru dalam satu tim.
PTK dapat berupa penelitian kualitatif atau kuantitatif, tergantung pada masalah yang akan dipecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun, hasil PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteksnya mirip atau cocok.
3. Perbedaan PTK dan Non PTK
Perbedaan antara penelitian formal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disajikan dalam tabel berikut ini.
Penelitian Formal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
• Dilakukan oleh orang luar • Dilakukan oleh guru/dosen
• Sampel harus representatif • Kerepresentatifan sampel tidak menjadi persyaratan penting
• Mengutamakan validitas internal dan eksternal • Lebih mengutamakan validitas internal
• Menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit • Tidak menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit
• Mempersyaratkan hipotesis • Tidak selalu menggunakan hipotesis
• Mengembangkan teori
• Tidak memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung • Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
• Hasil penelitian merupakan produk ilmu. • Hasil penelitian merupakan peningkatan mutu pembelajaran
• Berlangsung linear (bergerak maju)
• Tidak kolaboratif dan individual • Berlangsung siklis
• Kolaboratif dan kooperatif
4. Tujuan
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pengajaran (pembelajaran) melalui teknik-teknik pengajaran yang tepat sesuai dengan masalah dan tingkat perkembangan siswa. PTK juga dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk memberdayakan guru dan meningkatkan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
5. Manfaat
Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
• Menumbuhkan budaya meneliti pada guru agar terjadi inovasi pembelajaran.
• Meningkatkan profesionalisme guru terutama kemampuan dalam menjabarkan kurikulum sesuai dengan tuntutan lokal, sekolah, dan kelas.
• Meningkatkan mutu pengajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan temuan langsung dari kelas guru sendiri.
• Mengembangkan kerjasama atau kolaborasi antar guru disekolah itu dan guru-guru disekolah lain dalam memecahkan masalah pengajaran dan pembelajaran.
• Menumbuhkan kebiasaan guru melaksakan pembelajaran yang berwawasan penelitian (learning throught research).
• Membiasakan guru/pihak lain untuk memecahkan masalah dan merumuskan program pembelajaran berdasarkan temuan empiris yang kontekstual.

BAB II
MODEL DAN METODE PTK
1. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Model Kurt Lewin dalam Hopkins menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model Penelitian Tindakan, terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dialah orang pertama yang memperkenalkan penelitian tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflecting).
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin tersebut. Intinya tetap menggunakan spiral PTK yang masing-masing spiral terdiri atas empat langkah tersebut. Spiral atau siklus itu berulang terus-menerus sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan/diatasi dengan baik.
2. Metode
2.1. Setting Penelitian
Setting atau konteks akan menjelaskan tentang lokasi sekolah, kelas, mata pelajaran, waktu, karakteristik sekolah, karakteristik subyek penelitian (siswa), dan karakteristik Anda sebagai peneliti. Contoh: “Penelitian ini dilakukan di SMPN-X di kelas I mata pelajaran biologi pada cawu I tahun ajaran 2000/2001. Sekolah itu terletak di daerah yang relatif miskin; jarak dari jalan raya masih sekitar 30 menit jalan kaki melalui jalan tanah. Guru di sekolah itu rata-rata hanya 60 % dari seharusnya; sisanya absen dengan berbagai alasan. Guru sering terpaksa mengajar mata pelajaran yang tidak menjadi tanggung jawabnya. Siswa harus membantu orang tuanya pada musim tanam padi atau panen; pada saat itu jumlah siswa yang absen bisa mencapai 50%. Peneliti adalah guru Geografi lulusan S1 LPTK Jurusan Geografi, sudah 10 tahun mengajar di sekolah itu.”
2.2. Pembelajaran dengan PTK
Dalam melakukan PTK kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan PTK. Asumsinya PTK dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari PTK.
2.3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan PTK sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan PTK. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk PTK dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam PTK selama ini adalah bahwa pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga PTK menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah proyek PPM-SLTP berlangsung selama empat tahun pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung terlihat bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh proyek selama ini berlalu tanpa bekas. Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
2.4. Siklus Penelitian
Dalam PTK siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain. Oleh karena itu, siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- ...” yang tidak ada dalam penelitian biasa (non PTK). Dalam penelitian non PTK hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam PTK hasil yang belum baik harus diulang kembali siklusnya sampai berhasil.
Siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi dan perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang diubah atau dimodifikasi melalui PTK, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam PTK yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah. Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan karta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang karta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada karta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan karta, misalnya “Penggunaan karta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu karta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengolaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan karta-karta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Perlakuan pada siklus berikutnya (yang satu) harus berbeda secara jelas dari siklus sebelumnya (yang lain). Jika yang berbeda hanya topik, sementara perlakuannya masih sama, berarti siklus itu masih sama, tak dapat dinamakan siklus baru. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai masalah terpecahkan.
Dalam PTK selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
a. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui PTK, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
b. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat cukup (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan angka 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; berarti data itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa kondisi pasien telah kembali normal. Namun data itu masih perlu dilengkapi dengan data lain yang relevan, seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang menunjukkan bukti cukup selama seminggu. Mengkonfirmasi data menggunakan lebih dari satu sumber disebut triangulasi.
c. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
2.5. Pertemuan Kolaborasi di Gugus dan Manajemen Tim
Pertemuan kolaborasi mingguan atau dua mingguan di gugus mempunyai peranan yang sangat penting bagi pencapaian mutu penelitian yang tinggi. Pada saat itulah refleksi yang mendalam dilakukan untuk mengkaji setiap kegagalan maupun keberhasilan. Jika siklus penelitian telah ditentukan selama satu bulan berarti pertemuan dua mingguan pertama belum akan menghasilkan perencanaan baru untuk siklus berikutnya. Pada pertemuan dua mingguan berikutnya barulah disusun rencana untuk siklus baru.
Pada akhir tiap siklus sebaiknya langsung dibuat laporannya secara tuntas, meliputi planning, acting, observing, dan reflecting. Jika tiap siklus sudah dibuat laporannya, pada siklus terakhir laporan keseluruhan sudah akan jadi, yaitu kompilasi dari laporan masing-masing siklus.
Karena tim yang dipimpin oleh kepala sekolah terbukti lebih efektif daripada yang dipimpin oleh instruktur atau guru inti, tim peneliti tindakan sebaiknya dipimpin oleh kepala sekolah. Dengan otoritasnya yang besar ia akan sangat membantu dalam melaksanakan penelitian tindakan secara baik. Anggota yang jumlahnya genap ternyata juga lebih efektif karena mudah untuk menyusun pasangan kolaborasi.
2.6. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen dapat bermacam-macam dalam satu PTK. Jenis instrumen ini harus sesuai dengan karakteristik variabel atau masalah yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data. Berikut ini adalah sumber-sumber data yang umum:
a. Sumber yang sudah ada
b. Pekerjaan siswa
c. Arsip
d. Kehidupan sehari-hari
• Buku harian, catatan lapangan, dan jurnal
• Video
• Foto
• Mengikuti kehidupan siswa (shadowing)
• Ceklis untuk observasi dan skala penilaian (rating scale)
e. Alat untuk bertanya
• Wawancara
• Survei
• Tes

BAB III
LANGKAH-LANGKAH PTK
1. Menjajaki Masalah PTK
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menjajaki masalah yang akan dijadikan fokus PTK.
a. Merenunglah barang sejenak
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau berdiskusi (berkolaborasi) dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.
b. Berpikirlah tentang apa yang mungkin dapat Anda perbaiki
Kemmis dan McTaggart memberikan alternatif pengembangan fokus PTK tanpa memulai dengan masalah, jika Anda memang masih sukar menemukannya. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memfokuskan perhatian Anda:
• Apa yang sedang terjadi sekarang ini di kelas saya?
• Dalam hal apa peristiwa atau kondisi itu bersifat problematik (merupakan masalah yang perlu dipecahkan)?
• Apa yang dapat saya lakukan terhadap hal itu?
Langkah awal umum yang dapat Anda lakukan bisa berupa:
• Saya ingin memperbaiki ...
• Beberapa orang tidak suka dengan ...
• Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah keadaan itu?
• Saya dipusingkan oleh ...
• ... adalah penyebab dari hal yang menyakitkan. Apa yang dapat saya lakukan terhadap hal itu?
• Saya punya ide; saya akan cobakan di kelas saya.
• Bagaimana pengalaman ... dapat diterapkan di ...?
• Apa yang akan saya lakukan terhadap ...?
c. Pikirkan tentang tiga kelompok masalah pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berpikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.
d. Pilihlah masalah yang layak (feasible) untuk Anda pecahkan
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.
e. Pilihlah masalah yang spesifik (tidak terlalu besar atau terlalu keci)l
Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipecahkan melalui satu kegiatan PTK karena cakupan PTK hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi NEM sangat kompleks, mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan, yang berhubungan dengan kelas.
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Misalnya, sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Sebaiknya masalah ini tak diangkat menjadi topik PTK.
f. Pilihlah masalah yang strategis
“Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat” merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan oleh sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. “Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,” dan “ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar)” merupakan contoh lain dari masalah yang strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar. Jadi, pilihlah masalah yang strategis sebagai topik PTK.
g. Pilihlah masalah yang Anda senangi
Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diselidiki. Hal itu ditandai oleh rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap tindakan pemecahan yang diberikan.
2. Identifikasi, Pemilihan, Deskripsi, dan Rumusan Masalah
a. Identifikasi masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan selama ini. Inilah contoh identifikasi masalah dari seorang guru geografi SMP.
1) Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk menjawab.
2) Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
3) Sebagian besar siswa mencatat pelajaran geografi pada buku yang berganti-ganti.
4) Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol dengan pasangan duduknya.
5) Siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman.
6) Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal geografi.
7) Siswa tidak dapat mentransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk mata pelajaran lain.
8) Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
9) Siswa tidak berusaha mengkaitkan nama-nama kota dengan keadaan alam di sekitarnya.
10) Siswa tidak berusaha mengkaitkan keadaan alam suatu daearah dengan kehidupan masyarakatnya.
b. Pemilihan masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasi secara sekaligus dalam satu PTK yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria berikut: tingkat kepentingan, nilai strategis, atau nilai prasyarat. Akhirnya, Anda harus memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya, yang terpilih adalah “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
c. Deskripsi masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.

Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghapal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja; pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakmampuan siswa mengemukakan hipotesis yang berkaitan dengan mata pelajaran lain itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain.”
d. Rumusan masalah
Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif, padat, dan jelas. Masalah dapat dirumuskan dengan pernyataan atau pertanyaan, atau kedua-duanya. Hendaknya dihindarkan rumusan masalah yang mirip dengan penelitian formal, (non-PTK) seperti: “Apakah optimalisasi variasi metode dapat meningkatkan hasil belajar siswa?”
Sagor merinci rumusan masalah PTK dengan menggunakan lima pertanyaan berikut.
1) Siapa yang terkena dampak negatifnya?
2) Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3) Masalah apa sebenarnya itu?
4) Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
5) Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan rencana tindakan).
Contoh rumusan masalah yang berbentuk pernyataan adalah berikut ini.
• Siswa di SMP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3).
• Grup penelitian tindakan percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2).
• Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4).
• Oleh karena itu, kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5).
Contoh rumusan masalah yang berbentuk pertanyaan adalah berikut ini.
• Apakah kesulitan yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
• Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
• Apakah yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
• Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
3. Menyusun Alat Pengumpul Data
Instrumen merupakan perangkat yang sangat penting dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik masalah yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data. Jelaskan data apa saja yang Anda perlukan, apa sumber datanya, dan instrumen apa saja yang akan Anda gunakan untuk memperoleh data. Contoh instrumen: tes, catatan lapangan, kuesioner, lembar observasi, skala sikap, sosiometri, dan skala penilaian.
4. Mengumpulkan Data dan Informasi
Data pada umumnya bersumber dari siswa yang diajar oleh guru pelaksana PTK. Data ini dikumpulkan langsung dari siswa yang bersangkutan atau dari re kan-rekannya, atau bahkan dari guru lainnya yang juga mengajar di kelas tersebut. Data dapat berupa hasil observasi, buku catatan siswa, daftar hadir, nilai ulangan, pekerjaan rumah dan tugas-tugas sekolah, keadaan kesehatan siswa, partisipasi siswa selama pelajaran berlangsung, dan interaksi sesama siswa dalam kelompok. Dari informasi ini kemudian guru pelaksana PTK dapat mengelompokkan kesulitan yang dihadapi siswa, baik yang bersifat akademis, sosial, psikologis dan emosional. Kemudian mengambil keputusan apakah masalah ini akan ditangani secara individual, kelompok kecil, atau seluruh kelas (klasikal). Adakalanya guru menganggap perlu untuk melakukan kunjungan rumah dan membicarakannya dengan orangtua atau wali siswa.
5. Menganalisis dan Menginterpretasikan Data
Data yang telah terkumpul, terutama yang berhubungan dengan kesukitan belajar siswa, kemudian diolah dengan cara-cara sederhana dan mudah diinterpretasikan. Misalnya dalam bentuk distribusi atau penyebaran frekuensi mengenai jenis kesulitan yang dihadapi siswa. Penyebaran frekuensi menunjukkan banyaknya kejadian misalnya yang terkait dengan kesulitan dan masalah yang dihadapi siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Atas dasar ini guru merencanakan tindakan perbaikan, yaitu memilih strategi dan teknik pembelajaran yang tepat. Bentuk lainnya adalah ukuran rata-rata atau mean mode, dan median. Uraian yang rinci dapat dibaca dari sumber lainnya yang membahas metodologi penelitian.
Data dalam bentuk frekuensi dan ukuran rata-rata dapat disajikan dalam tabel, diagram dan grafik. Apapun bentuk penyajian data yang dipakai, prinsip akurasi, mudah dibaca, dan menarik hendaklah menjadi pertimbangan.
6. Menyebarluaskan Hasil PTK
Sebagaimana diuraikan dalam Pendahuluan, PTK hendaknya dilakukan melalui pendekatan kolaborasi, yaitu bekerjasama dengan guru dan kepala sekolah di satu sekolah dan sangat baik jika bekerjasama dengan guru dari sekolah lain. Pendekatan kolaborasi seperti ini akan mempercepat penyebaran hasil PTK. Sejumlah forum dapat dimanfaatkan untuk menyebar-luaskan hasil PTK, antara lain diskusi, lokakarya, pameran, dan tulisan dalam bulletin atau jurnal. Teknik instruksional atau cara mengajar yang telah teruji efektif perlu disusun dan diterbitkan menjadi panduan guru.

BAB IV
PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
1. Judul
Judul PTK hendaknya (1) mencerminkan masalah, (2) mencerminkan tindakan sebagai upaya pemecahan, (3) singkat, dan (4) mudah dipahami, serta (5) komprehensif.
Contoh:
“Peningkatan Minat Belajar Biologi melalui Modul Pembelajaran Team Game Tournament”
“Optimalisasi Keberanian Bertanya Siswa SMP untuk Memahami Konsep Biologi dengan Penyusunan Pertanyaan secara Mandiri”
2. Pendahuluan
a. Deskripsi masalah
Deskripsi masalah berisi elaborasi dari masalah yang telah Anda pilih disertai dengan (a) data-data awal yang mendukung; sebaiknya data awal tidak selalu NEM karena seolah-olah PTK Anda akan meningkatkan NEM, harapan yang terlalu besar; dan (b) pentingnya masalah itu bagi proses belajar dan siswa secara umum.
b. Rumusan masalah
Masalah hendaknya dirumuskan secara komprehensif yang menggambarkan hasil dan proses. Bentuk kalimat bisa pernyataan, pertanyaan, atau gabugan antara keduanya. Contoh merumuskan masalah secara komprehensif, yaitu dengan menginformasikan (a) siapa yang terkena dampak negatifnya, (b) siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu, (c) masalah apa sebenarnya itu, (d) siapa yang menjadi tujuan perbaikan, dan (e) apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan rencana tindakan).
c. Tujuan
Nyatakan tujuan dalam bentuk frase secara singkat dan jelas, sejalan dengan masalah. Rumusan tujuan harus operasional dan dapat diukur. Tuliskan indikator keberhasilannya sehingga Anda dapat mengecek dengan mudah.
d. Manfaat hasil penelitian
Nyatakan secara singkat manfaat hasil penelitian bagi berbagai pihak: (a) siswa, (b) guru, (c) sekolah, (d) pengembang kurikulum, (e) khasanah ilmu.
3. Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan
Anda perlu merujuk pada teori atau konsep-konsep yang dapat menjustifikasi atau mendukung tindakan yang akan Anda berikan. Anda juga perlu mengetahui penelitian-penelitian terakhir yang relevan untuk menempatkan penelitian Anda dalam khazanah PTK yang sudah ada. Rencana tindakan menjelaskan tentang apa yang akan Anda lakukan untuk memecahkan masalah. Contoh rencana tindakan:
a. Jadwal pelajaran di sekolah yang dibuat lebih fleksibel dengan memberi kesempatan guru mengajar secara terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah sekali tiap dua minggu akan meningkatkan daya terik pembelajaran.
b. Guru menggunakan metode proyek dalam mengajarkan topik yang terpadu itu.
c. Pelaksanaan metode itu sebagian besar dilakukan di luar jam pelajaran.
Rencana tindakan itu bersifat hanya untuk membantu Anda memulai penelitian, bukan untuk dipegang, dipedomani, dan diterapkan secara kaku sepanjang penelitian.
4. Metode Penelitian
a. Setting penelitian
Setting atau konteks penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru, mengadopsi, atau mengadaptasi keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
b. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian menjelaskan tentang berbagai masukan (input) instrumental yang akan Anda gunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK. Uraikan hal-hal yang berhubungan dengan PTK itu saja. Hal-hal seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, dan perangkat pembelajaran yang merupakan pekerjaan pembelajaran standar tidak perlu ikut diuraikan.
c. Siklus penelitian
Jelaskan berapa siklus yang akan Anda lakukan dan berdasarkan apa: waktu, pokok bahasan, atau lainnya. Perlu juga dituliskan perlakuan apa yang akan Anda berikan pada siklus pertama, sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditulis.
d. Pembuatan instrumen
Jelaskan data apa saja yang Anda perlukan, apa sumber datanya, dan instrumen apa saja yang akan Anda gunakan untuk memperoleh data itu. Contoh instrumen: tes, catatan lapangan, kuesioner, lembar observasi, skala sikap, sosiometri, dan skala penilaian.
e. Analisis dan refleksi
Jelaskan secara singkat data apa yang akan Anda catat, bagaimana menganalisisnya, perubahan apa yang Anda harapkan akan terjadi, dan bagaimana hasil analisis itu akan Anda gunakan untuk melakukan refleksi.
5. Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal secara singkat, jelas, dan lengkap dalam bentuk matriks yang menunjukkan kegiatan per bulan, meliputi (a) kegiatan persiapan, (b) siklus pertama, kedua, ketiga, dst., (c) penulisan laporan tiap siklus, (d) penulisan laporan akhir, (e) seminar, dan (f) perbaikan laporan akhir.
6. Rencana Anggaran Biaya
Buatlah rencana anggaran biaya sesuai dengan kegiatan-kegiatan pada butir 5 di atas.
7. Daftar Pustaka/Rujukan
Gunakan pedoman dari American Psychological Association (APA), jika memungkinkan.
Contoh:
Strunk, W., & White, E. B. (1979). The Element of Style (3rd ed.). New York: Macmillan.
American Psychiatric Association. (1980). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (3rd ed.). Washington, DC: Author.
Letheridge, S., & Cannon, C. R. (Eds.). (1980). Bilingual Education: Teaching English as a Second Language. New York: Praeger.
8. Curriculum Vitae Peneliti
9. Halaman Judul
Berisi “proposal PTK, judul, nama ketua tim peneliti, mata pelajaran, sekolah, kabupaten, propinsi, dan penyandang dana.”
10. Lembar Pengesahan
a. Judul, Mata Pelajaran
b. Nama Ketua Tim Peneliti (lengkap dengan gelar)
c. Anggota Peneliti (lengkap dengan gelar)
d. Lokasi Penelitian
e. Lama Penelitian
f. Biaya Penelitian
g. Sumber Dana
h. Tempat dan Tanggal Pembuatan Proposal
i. Tanda Tangan Ketua Peneliti
j. Menyetujui Kepala Sekolah

BAB V
PENULISAN LAPORAN PTK
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hasil PTK yang dilakukan oleh para guru telah dipresentasikan dalam forum-forum ilmiah. Dari makalah-makalah yang disajikan terlihat bahwa kualitas laporan PTK dari tahun ke tahun mengalami stagnasi, jika tidak dapat dikatakan menurun. Paling tidak, hasil PT yang sudah dilaksanakan selama ini belum memenuhi harapan.
Laporan PTK yang ditulis selama ini terlalu banyak didominasi oleh data-data keberhasilan perlakuan. Sering keberhasilan itu terkesan spektakuler; dari siklus yang satu ke siklus yang lain angka-angkanya berubah begitu rapi, dan semuanya menunjukkan adanya kenaikan. Manfaat hasil penelitian juga diuraikan sebagai mencakup semua pihak. Cerita tentang keberhasilan itu menempati sekitar 40% dari keseluruhan laporan, di bagian belakang. Di bagian depan laporan, sekitar 40% lagi, didominasi oleh latar belakang masalah, deskripsi masalah, kajian teori, metode, dan segala macam rencana penelitian. Bagian yang sangat penting dari laporan PTK yaitu “proses perbaikan” justru hanya memperoleh porsi yang sangat kecil. Siklus-siklus, yang menunjukkan proses itu hanya sekitar 20 %, itupun banyak yang semu. Ibarat pertandingan badminton, persiapannya diekspose secara besar-besaran, hasilnya diekspose secara besar-besaran, tetapi proses pertandingannya justru tidak disiarkan. Tentu saja penonton akan kecewa.
Kesimpulan penelitian masih dipengaruhi oleh paradigma penelitian biasa (non-PTK), yang menguji hipotesis. Kalimatnya tidak memberikan informasi yang berarti mengenai proses. Sebagai contoh, “Membimbing siswa terampil membuat peta konsep dalam proses belajar mengajar akan meningkatkan pemahaman konsep-konsep fisika dan memasyarakatkan keterampilan proses.” Selain pernyataan itu, yang lebih diperlukan pembaca justru tentang “bagaimana” membimbing siswa membuat peta konsep itu:
a. Apakah peta konsep akan dibuat oleh guru? Jika ya, kapan hal itu dilakukan: pada awal tatap muka, awal pokok bahasan, awal tiap konsep?
b. Apakah peta konsep akan dibuat oleh siswa? Jika ya, kapan hal itu dilakukan: pada awal tatap muka, awal pokok bahasan, awal tiap konsep?
c. Jika peta konsep dibuat oleh masing-masing siswa dan tiap siswa membuat peta konsep yang berbeda, apa yang akan dilakukan oleh guru?
d. Apakah pembelajaran akan didominasi dengan pembuatan peta konsep, yang memerlukan waktu cukup lama?
e. Apakah semua konsep akan dibuatkan peta konsepnya?
f. Apakah peta konsep akan selalu dihubungkan dengan kegiatan belajar lain seperti penjelasan materi oleh guru, latihan soal, eksperimen, dan pekerjaan rumah?
g. Apakah akan ada soal tes tentang peta konsep?
h. Apakah dengan mampu membuat peta konsep keterampilan proses siswa dengan sendirinya akan berkembang.
i. Keterampilan proses apa saja yang berkembang? Apakah keterampilan merencanakan percobaan juga akan berkembang oleh peta konsep?
j. Apakah akan ada soal tes tentang keterampilan proses?
Hal-hal seperti itu akan sangat menarik untuk diungkapkan sebagai kesimpulan PTK daripada sekedar mengatakan bahwa peta konsep akan meningkatkan prestasi belajar. Tanpa PTK pun, orang akan dapat mengatakan hal tersebut.
2. Tujuan
Bagian kedua buku ini “Teknik Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas” bertujuan untuk memberikan ide-ide sebagai bahan diskusi menuju teknik penulisan laporan PTK yang enak dibaca, tidak terlalu terstruktur seperti SK menteri namun mudah ditangkap isinya, dan bermanfaat bagi guru lain.

B. ISI LAPORAN PTK
1. Unsur-unsur Penting
Masalah tentu saja merupakan unsur penting pertama laporan yang harus dideskripsikan secara jelas, lugas, dan mudah dipahami. Elaborasi dari deskripsi itu harus mencakup data yang menunjukkan adanya masalah, setting tempat terjadinya masalah -- hal yang sangat diperlukan bagi guru yang ingin menerapkan hasil penelitian Anda, dan mungkin juga analisis penyebab masalah. Argumentasi tentang pentingnya masalah, baik ditinjau dari dampaknya terhadap proses pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat, perlu dicantumkan dalam deskripsi masalah. Satu halaman cukup untuk menuliskan semua itu; deskripsi yang terlalu panjang akan membosankan. Agar lebih terfokus, deskripsi itu diikuti dengan rumusan masalah dan/atau pertanyaan penelitian.
Alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan perlu juga dikemukakan pada awal laporan sebagai rencana tindakan, yang sifatnya masih perkiraan dan mungkin umum. Sebagai contoh: “Untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti demonstrasi fisika, tiap proses pengukuran diikuti dengan karta aktif, yang akan menunjukkan hasil pengukuran dalam skala yang dapat diamati oleh seluruh kelas.” Bagian detilnya ditemukan setelah penelitian dilakukan, dan itu akan disampaikan pada bagian kesimpulan.
Kajian pustaka diperlukan untuk mendukung dan menjustifikasi rencana tindakan yang Anda pilih di atas, yang merupakan perlakuan penelitian Anda. Hasil-hasil penelitian yang relevan akan menempatkan penelitian Anda di antara penelitian yang sudah ada.
Metode penelitian merupakan unsur berikutnya dari laporan penelitian. Setting atau konteks penelitian perlu dipertegas pada bagian awal metodologi penelitian. Metode yang digunakan sudah jelas, yaitu PTK, tetapi desain penelitian (jika ada) perlu diuraikan untuk memberikan gambaran umum tentang proses perbaikan yang Anda lakukan. Contohnya: “Saya menggunakan dua kelas paralel untuk melakukan penelitian. Agar proses perbaikan lebih cepat tercapai, setiap kegagalan di kelas yang satu segera saya perbaiki di kelas yang lain.” Proses yang lebih khusus dan rinci akan diuraikan dalam siklus-siklus penelitian. Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam metode adalah deskripsi tentang instrumen yang digunakan.
Siklus-siklus penelitian tentu merupakan unsur yang sangat penting. Siklus yang diuraikan secara otentik dan sistematik akan sangat menarik untuk dibaca. Semua data hasil observasi disajikan dalam konteks siklus, pada bagian “pengamatan.” Hasil-hasil karya nyata dari siswa dapat dicantumkan untuk lebih memberikan kesan otentik pada laporan Anda. Pergantian dari satu siklus ke siklus berikutnya merupakan bagian yang sangat menarik karena menunjukkan dinamika proses perbaikan yang Anda lakukan. Siklus sekaligus juga dapat digunakan untuk mengukur obyektivitas penelitian. Jika penelitian dilakukan dengan sebenarnya, uraian siklus-siklusnya akan sangat menarik. Deskripsi atau paparan pelaksanaan siklus-siklus dan hasilnya tersebut perlu dituangkan dalam bagian Hasil-hasil Penelitian. Hal ini merupakan bagian amat penting dari laporan pelaksanaan PTK.
Akhirnya, inti sari dari hasil penelitian Anda disajikan dalam bagian kesimpulan. Guru yang tidak mempunyai waktu cukup membaca seluruh bagian laporan PTK dapat membaca bagian kesimpulan saja, dan ia akan menangkap inti sari strategi-strategi yang Anda temukan selama PTK. Seiring dengan kesimpulan ini dapat diuraikan saran-saran yang relevan dalam pembelajaran.
2. Proporsi
Jika diurutkan berdasarkan proporsinya secara substantif, yang paling banyak memerlukan tempat dalam suatu laporan PTK adalah siklus-siklus penelitian. Siklus pada hakikatnya adalah PTK itu sendiri karena mengandung unsur “riset-aksi-riset-aksi- ...” Siklus harus lengkap unsur-unsurnya, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi dan perencanaan ulang. Data-data hasil observasi semuanya disajikan dalam konteks siklus. Oleh karena itu, uraian tentang siklus identik dengan hasil penelitian.Berikutnya yang memerlukan tempat cukup banyak adalah metode penelitian, yang mendeskripsikan setting penelitian sampai instrumen yang digunakan. Matriks dan diagram untuk menunjukkan alur kegiatan bisa membuat bagian ini terlihat banyak, mudah dipahami, dan komprehensif.
Kajian pustaka yang akan mendukung atau menjustifikasi tindakan-tindakan yang Anda lakukan mungkin menempati urutan ketiga. Teori atau konsep yang terlalu banyak akan menjebak peneliti kepada paradigma penelitian kuantitatif, yang akan menguji hipotesis. Oleh karena itu, teori/konsep dalam PTK sebaiknya cukup singkat, sifatnya hanya untuk menambah kepercayaan diri peneliti. Uraian tentang penelitian-penelitian terbaru mungkin yang akan memerlukan tempat cukup banyak untuk bagian ini. Seperti halnya pada metode, kajian teori/konseptual juga bisa disajikan dalam matriks atau diagram. Bagian terakhir yang memerlukan tempat dalam laporan CAR adalah kesimpulan. Di dalamnya diuraikan juga berbagai macam strategi yang ditemukan peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. Seiring dengan kesimpulan, dapat dikemukakan saran-saran yang bertumpu pada hasil-hasil siklus.
3. Pentingnya
Dari segi pentingnya, bagian isi laporan PTK yang menempati urutan pertama adalah deskripsi masalah, dengan rumusan masalah atau rumusan pertanyaan serta pemecahan yang ditawarkan. Hal yang terakhir itu bisa dituliskan secara khusus dalam rencana tindakan. Jika masalahnya sudah biasa didengar dan dilakukan, seperti cooperative learning, penggunaan transparansi OHP, dan meningkatkan minat belajar siswa kemungkinan guru tidak akan tertarik untuk membaca.Setelah mengetahui masalahnya, pembaca laporan PTK yang cerdik akan segera melihat kesimpulan penelitian. Di sana akan dijawab semua pertanyaan penelitian, dan akan diketahui apakah tindakan yang direncanakan bisa berhasil dengan baik. Jika berhasil, dalam kesimpulan itu juga akan diuraikan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang telah teruji keberhasilannya selama penelitian.
Pembaca yang ingin mendalami proses perbaikan yang dilakukan peneliti akan pergi ke bagian siklus-siklus penelitian. Ia akan dapat melihat data-data hasil observasi dan hasil-hasil pekerjaan siswa yang otentik. Di sana ia akan menemukan dinamika pemecahan masalah yang dilakukan oleh peneliti. Siklus penelitian sebaiknya dianggap sebagai hasil dari penelitian PTK.
Pembaca itu mungkin akan melihat instrumen-instrumen yang digunakan selama observasi, dan melihat secara sepintas data-data mentah yang tercantum dalam lampiran.
Baru setelah itu ia akan melihat teori-teori/konsep-konsep yang dirujuk oleh peneliti. Kalau teori itu baru ia akan membaca dengan seksama. Tetapi jika teori itu sudah kuno dan semua orang sudah tahu, ia akan segera beralih ke bagian lain.
Jika pembaca itu serius, bagian terakhir yang harus dilihat sebelum meninggalkan laporan adalah setting penelitian, di bagian awal metode penelitian. Hal itu menandakan ia tertarik untuk mencobakan hasil penelitian Anda di kelasnya.
C. SISTEMATIKA LAPORAN PTK
1. Pendahuluan
Isi pendahuluan mencakup hal-hal berikut ini.
a. Deskripsi masalah, disertai dengan data yang menunjukkan adanya masalah, setting tempat terjadinya masalah, dan pentingnya masalah.
b. Rumusan masalah secara komprehensif, mencakup (1) siapa yang terkena dampak negatifnya, (2) siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah, (3) masalah yang sebenarnya, dan (4) siapa yang menjadi tujuan perbaikan. Akan lebih baik jika dilengkapi dengan pertanyaan penelitian.
c. Tujuan penelitian dan indikator keberhasilan
d. Manfaat penelitian
Agar laporan tidak terlalu tampak formal dan terstruktur, butir-butir 1a, 1b, 1c dan 1d di atas sebaiknya tidak perlu dimunculkan secara eksplisit.
2. Kajian Pustaka dan RencanaTindakan
a. Kajian Pustaka
Teori-teori/konsep-konsep belajar dan pembelajaran yang sudah populer maupun konsep-konsep baru yang berasal dari jurnal, terutama yang berkaitan dengan PTK, dapat dirujuk untuk penelititan ini. Sebaiknya kajian pustaka cukup singkat, padat, lugas, lengkap, dan komprehansif.
b. Rencana tindakan
Bagian ini berisi rencana tindakan yang merupakan jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Rencana tindakan ini juga dapat digunakan sebagai panduan atau arahan pelaksana PTK.
3. Metode Penelitian
a. Setting penelitian
Setting atau konteks berisi tentang lokasi sekolah, kelas, mata pelajaran, waktu, karakteristik sekolah, karakteristik siswa, dan karakteristik Anda sendiri sebagai peneliti.
b. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian menjelaskan tentang berbagai input instrumental yang Anda gunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK. Uraikan yang berhubungan dengan PTK itu saja. Hal-hal seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, dan perangkat pembelajaran yang merupakan pekerjaan pembelajaran standar tidak perlu ikut diuraikan.
c. Siklus penelitian
Jelaskan jumlah siklus yang Anda lakukan dan berdasarkan apa: waktu, pokok bahasan, atau lainnya.
d. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk siklus yang telah dijalankan dalam periode tertentu sehingga data yang diperoleh sudah lengkap dan jenuh, tidak ada data baru lagi. Pada saat itulah Anda dapat melihat pola-pola yang terjadi untuk kemudian dituangkan dalam siklus.
a. Siklus pertama
1) Perencanaan
Bagian ini berisikan perlakuan yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan yang tertulis pada rencana tindakan. Di luar itu adalah pembelajaran-biasa yang telah Anda lakukan sehari-hari, tidak perlu dituliskan di sini. Anda harus membedakan antara pembelajaran biasa dan PTK. Yang Anda tuliskan dalam siklus hanyalah bagian yang Anda teliti saja.
2) Pelaksanaan
Bagian pelaksanaan menguraikan apakah hal yang Anda rencanakan dapat direalisasikan secara penuh. Jika tidak, perlu dilihat polanya dalam periode tertentu; mungkin hanya separonya yang dapat dilaksanakan. Tentu saja Anda dapat mengelaborasikan pelaksanaan ini secara detil, sampai hal-hal yang otentik.
3) Pengamatan
Bagian ini berisikan hasil observasi menggunakan berbagai instrumen. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah sifat triangulasi dan saturasi data. Hasil-hasil pekerjaan siswa yang otentik dapat disajikan di sini.
4) Refleksi
Refleksi berisikan penjelasan Anda tentang keberhasilan atau kegagalan yang terjadi setelah selang waktu tertentu. Refleksi diakhiri dengan perencanaan kembali untuk siklus berikutnya.
b. Siklus kedua
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengamatan
4) Refleksi
c. Siklus ketiga, dst.
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengamatan
4) Refleksi
5. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Kesimpulan hendaknya berisi produk dan proses pelaksanaan TTK. Jika mengatakan cooperative learning berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, Anda perlu mendeskripsikan prosesnya. Strategi dan metode penting yang membuat cooperative learning itu bisa berhasil Anda tuliskan secara sistematis.
b. Saran
Saran diperlukan apabila hasil penelitian Anda menyangkut pendukung dari bagian lain sekolah Anda, misalnya petugas perpustakaan, laboran, dan tukang kebun. Jangan memberikan saran tentang perlunya PTK ini diteruskan, karena hal itu kurang relevan dengan masalah penelitian Anda.
6. Daftar Pustaka
Gunakan pedoman American Psychological Association (APA).
7. Lampiran
Hal-hal yang perlu dilampirkan antara lain a) Instrumen penelitian, b) Bukti seminar proposal dan hasil penelitian, c) Contoh data mentah, d) Curriculum vitae peneliti, e) Dsb.
Daftar Rujukan
Borg, W. R., Gall, J. P., & Gall, M. D. (1993). Applying Education Research. A Practical Guide (3rd ed.). N. Y. : Longman.
Hammersley, M. (Ed.). (1986). Case Studies in Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research (2nd ed.). Philadelphia: Open University Press.
Sagor, R. (1992). How to Conduct Collaborative Action Research. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.
Tim Pelatih Penelitian Tindakan (Action Research) Universitas Negeri Yogyakarta. (2000). Penelitian tindakan (action research). Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
READ MORE >>

GALLERY





Followers

 

Copyright © 2009 by MGMP SENI MUSIK TULUNGAGUNG Powered By Blogger Design by ET